Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reggy dan Keinginannya Mewujudkan Malang "Eco City"

Kompas.com - 19/11/2009, 07:56 WIB

"Saya tak lagi merasakan udara segar dan tak lagi melihat burung-burung yang biasanya hinggap di pohon rindang, seperti yang saya rasakan dan saksikan sejak kecil sampai tujuh tahun lalu. Ada apa dengan Malang?"

KOMPAS.com — Pertanyaan itu bermain di kepala Reggy Hasibuan (30), climate champions British Council asal Malang, Jawa Timur. Sekian tanya itu kemudian memunculkan ide Reggy untuk menggagas konsep eco city bagi kota kelahirannya. Eco city sebuah kota yang hijau, ramah lingkungan, dan didukung dengan partisipasi aktif para penghuni di dalamnya. Gagasan itu tak sekadar mimpi, lulusan Universitas Parahyangan, Bandung, ini pun mulai bergerak mewujudkannya menjadi sebuah kenyataan. Bagaimana konsep eco city ala Reggy bagi Kota Apel itu?

"Saya menghabiskan waktu di Malang selama 18 tahun sebelum ke Bandung untuk kuliah. Di Malang itu, kalau jalan pagi-pagi masih berkabut, udara segar. Ketika ke Bandung, Jakarta, aduh kok susah cari udara segar. Saya berpikir, jangan sampai Malang seperti ini. Ketika tujuh tahun kemudian kembali ke Malang, yang saya jumpai, kok enggak ada kabut lagi? Burung-burung yang biasanya banyak hinggap di atas pohon juga enggak ada lagi," kisah Reggy, dalam Eco City Workshop yang dihelat British Council dan Indonesia Wise di Jakarta, Rabu (18/11).

Bagi dia, parameter sederhana untuk melihat apakah udara bersih atau tidak adalah dengan mengamati makhluk yang hidup di udara. "Kalau kita masih menjumpai banyak burung, berarti udara masih bersih di kota itu. Dan saya mengamatinya," kata dia.

Keanehan lain dijumpainya. Ketika berkeliling kediamannya dan beberapa sudut Kota Malang, ia menemukan begitu banyak pohon tua dan tidak adanya perawatan terhadap pohon-pohon itu. "Ada pohon yang masih berdaun, ada pohon yang mati karena di bawahnya dijadikan tempat bakar sampah. Kenapa tidak ada kepedulian yang sama? Saya berpikir, karena Malang kota kecil, perubahan masih memungkinkan," ujar Reggy.

Reggy, bersama rekan-rekannya mendirikan NGO Anomali yang merupakan wadah penguatan bagi anak-anak muda. Dengan menggerakkan darah muda itu lah, ia mulai menelusuri berbagai persoalan yang dirasa tak lagi menjadikan Malang sebagai kota yang nyaman. Di bawah Anomali, ia menggagas kegiatan yang dinamakannya Urban Environmental Watch.

Beberapa permasalahan diurai Reggy, di antaranya mengapa terjadi peningkatan suhu di Malang yang ditandai dengan udara yang semakin panas. "Kemudian, apakah masyarakat Malang sadar kalau suhu semakin panas? Mereka tahu enggak apa yang menyebabkan suhu menjadi panas? Ini semua akibat meningkatnya gas rumah kaca dan perubahan iklim," kata Reggy.

Untuk mendapatkan jawabannya, ia keliling ke beberapa sekolah dan mewawancarai sejumlah murid dan guru. Hasilnya, para siswa yang ia temui mengaku merasakan perubahan yang sama. Akan tetapi, mereka tak tahu apa penyebabnya. Temuan lain, Reggy mendapati bahwa perubahan iklim tak sedikit pun disinggung dalam materi pelajaran di sekolah.

"Saya juga menemui kepala sanitasi dan pertamanan di Malang yang katanya juga ingin mewujudkan Malang yang hijau dengan menanam lebih banyak pohon. Sayangnya, menanam pohon yang baru, tapi menebang pohon yang lama," kata Reggy.

Bersama rekan-rekannya di Anomali, ia menggagas berbagai kegiatan kreatif yang melibatkan anak-anak muda Malang. Kegiatan klise seperti menanam pohon, menurutnya, tidak akan signifikan untuk menumbuhkan kepedulian lingkungan. Awareness, dalam kacamata Reggy, menjadi hal yang paling penting. Selain diajak menanam, masyarakat juga harus ditumbuhkan kesadaran untuk merawatnya.

Beberapa kegiatan yang digagas Reggy adalah Environmental Debate (2004), Bird Watching (2008), dan Tree Caring (2009). Pada 2010, sejumlah aktivitas telah siap dijalankan, seperti Green Audit, Waterway Monitoring (memonitor saluran air), dan Street Children Recycling Project.

"Semua program saya sesuaikan dengan keadaan Kota Malang. Eco city adalah sesuatu yang sangat besar. Namun, bisa dimulai dengan langkah permulaan yang kecil," ujar Reggy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau